Hutan Sumber Pangan yang banyak mengandung Nutrisi

Assalamualaikum...

Ngomongin Tentang Hutan
Hmmm... Di Indonesia sudah sangat kecil sekali keberadaan hutan karena kebakara dan pembalakan liar serta penduduk rakyat Indonesia yang semakin banyak dan selalu meningkat setiap tahunnya Hutan tergerus untuk Tempat Tinggal dan Pembangunan infrastruktur.


Indonesia dikenal punya hutan daratan sangat luas. Hingga 2017, menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), yang dilansir Selasa (3/4/2018), luasnya mencapai 125.922.474 hektare.

Secara umum, luasnya menyusut. Misalnya, dibanding data KLHK pada 2015 yang dipelajari Lokadata Beritagar.id, luas hutan Indonesia masih sekitar 128 juta hektare.

Tentu saja penurunan ini akibat kebakaran dan pembalakan liar (deforestasi). Bila merujuk pada perhitungan Ditjen Planologi KLHK, angka deforestasi Indonesia periode 2014-2015 mencapai 1,09 juta hektare dan 2015-2016 menjadi 0,63 juta hektar (h/t Mongabay, 29/1).


Namun pemerintah mengklaim deforestasi berhasil ditekan. Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar mengatakan luas lahan kritis kini mencapai 30.196.799 hektare. Padahal pada 2016 jumlahnya hanya mencapai 24.303.294 hektare.


Sangat memprihatinkan Padahal Hutan sangat penting untuk peradaban manusia mulai dari untuk kebutuhan Pangan ,sandang dan papan terlebih untuk yang tinggal di sekitaran hutan menjadikan Hutan sumber Makanan.

Benerapa Makanan yang bernutrisi seperti Buah baobab dan mangga liar sumber vitamin dan mineral; daging hewan liar sumber lemak dan mikronutrisi; rebung bambu sumber serat; pakis sumber karbohidrat kompleks dan minyak dasar, umbi - umbian mengandung Karbohidrat



Dan aku sendiri salah satu yang suka mengkonsumsi makanan dari Hutan yaitu makanan yang sering ada saat Ramadhan (bulan puasa) yaitu Kolak Biji Salak hmmm yummy banget Biji Salak yang di buat dari umbi umbian di campur dengan gula merah dan santan masya Allah nikmat sekali saat dimakan , selain enak umbi umbian banyak mengandung nutrisi seperti karbohidrat, vitamin C, D, B6 serta zat besi.



hanyalah sebagian sumber pangan bernutrisi dan beragam yang telah lama mengisi diet masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar hutan. Namun, sejalan dengan deforestasi dan perkebunan, berkurangnya akses ke hutan dan bentuk pendapatan baru, membuat bahan dapur alami ini tidak lagi termanfaatkan seperti dulu.

Kehutanan Lestari, Keamanan Pangan dan Nutrisi, sebuah laporan terbaru Pusat Penelitian Keamanan Pangan Dunia, mengkaji secara mendalam kelindan antara hutan berkelanjutan, keamanan pangan dan nutrisi –topik yang hingga saat ini, kurang mendapat fokus dalam penelitian sosial substansial.



Panel Ahli Tingkat Tinggi (HLPE), beranggotakan ilmuwan dan spesialis ketahanan pangan dan nutrisi memanfaatkan informasi dari bentang alam hutan dunia untuk menguji hipotesis bahwa pemanfaatan hutan berkelanjutan meningkatkan kesehatan dan diet masyarakat terdekat.

“Ada estimasi, pada 2050 dunia akan dihuni sembilan miliar orang,” kata Terry Sunderland, Ilmuwan Utama Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR), ketua tim HLPE.

“Merespon pertumbuhan populasi,  penghasilan global, serta evolusi diet, kelanjutan trend ini akan berimplikasi pada produksi pertanian global 2050 yang harus lebih tinggi. Namun, dengan temuan laporan ini, kami berharap ekspansi itu akan menimbang peran penting hutan dan pohon bagi keamanan pangan dan nutrisi.”



Seperti ditunjukkan dalam penelitian, upaya mitigasi terhadap tekanan meningkatnya kebutuhan kayu dan produk kayu dalam membantu masyarakat – terutama di desa dan petani – untuk menjaga hutan mereka dan terus memanfaatkan hutan sebagai sumber pangan harus dilakukan dengan cara yang berkelanjutan.

Di CIFOR, penelitian kami menemukan bahwa masyarakat yang tinggal dekat hutan dan bentang alam berbasis pohon memiliki diet lebih baik dibanding masyarakat lain, terlepas dari kondisi kemiskinan,” kata Sunderland. “Sayuran liar, siput, sejumlah sumber mikro-nutrisi dan protein sangat penting dan tidak bisa diremehkan.”



Melengkapi pangan langsung yang disediakan, hutan juga berdampak besar pada produksi pertanian sekitarnya. Hutan menjadi rumah bagi penyerbuk yang membantu banyak tanaman pertanian bereproduksi. Hutan juga membantu menjernihkan air, menyokong ternak gembala, menyediakan tanaman obat dan kesehatan alami serta menyuplai kayu – terutama sebagai sumber bahan bakar sepertiga populasi dunia. Tanpa energi untuk memasak, makanan kurang enak dan air tak tersterilkan.

Namun, dampak positif hutan pada produksi pertanian mengarah pada paradoks rumit. Ketika tanaman perkebunan komersial seperti sawit dan gandum berkembang, lebih banyak uang masuk dalam dompet masyarakat lokal, dan memungkinkan mereka membeli, bukannya menumbuhkan atau mengumpulkan makanan. Kondisi ini sering menyebabkan mereka mengganti produksi dengan karbohidrat sederhana, gula rafinasi, dan lemak-trans – sebuah transisi diet yang tidak disertai pendidikan gizi. Tafsir modern kedaulatan pangan, mengarah pada diet tak sehat.

“Ini menjadi tren kuat di seluruh dunia – aspirasi kelas menengah dan obsesi makanan cepat saji,” kata Sunderland. “Di Indonesia, misalnya, insiden cacat tumbuh sangat tinggi akibat diet yang buruk.”

“Jika kita bersungguh-sungguh mengenai keamanan pangan global, kita tidak bisa mengabaikan peran hutan dan pohon sebagai penyedia langsung. Kami ingin para ahli nutrisi memahami pentingnya hutan dan pohon, dan kami ingin masyarakat kehutanan memahami mengapa dan bagaimana pohon berkontribusi pada nutrisi.
Terry Sunderland, Principal Scientist, CIFOR"


Lebih jauh lagi, ketika memandang hutan sebagai sumber utama penghasilan masyarakat lokal, arahnya adalah fakta bahwa menolak atau membatasi akses masyarakat ke hutan, secara langsung berkorelasi dengan akses pangan dan air. Hal ini memunculkan masalah besar hak asasi manusia terkait akses pangan.




Pastinya semua ini akan di dukung WAHLI (https://walhi.or.id) 

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) merupakan sebuah organisasi gerakan lingkungan hidup terbesar di Indonesia, dengan jumlah anggota sebanyak 487 organisasi dari unsur organisasi non pemerintah dan organisasi pencinta alam, serta 203 anggota individu yang tersebar di 28 propinsi di Indonesia. Sejak tahun 1980 hingga saat ini, WALHI secara aktif mendorong upaya-upaya penyelamatan dan pemulihan lingkungan hidup di Indonesia. WALHI bekerja untuk terus mendorong terwujudnya pengakuan hak atas lingkungan hidup, dilindungi serta dipenuhinya hak asasi manusia sebagai bentuk tanggung jawab Negara atas pemunuhan sumber-sumber kehidupan rakyat.

Visi dan Misi Organisasi

Visi

Terwujudnya suatu tatanan sosial, ekonomi dan politik yang adil dan demokratis yang dapat menjamin hak-hak rakyat atas sumber-sumber kehidupan dan lingkungan hidup yang sehat dan berkelanjutan.

Misi

Mengembangkan potensi kekuatan dan ketahanan rakyat

Mengembalikan mandat negara untuk menegakkan dan melindungi kedaulatan rakyat

Mendekonstruksikan tatanan ekonomi kapitalistik global yang menindas dan eksploitatif menuju ke arah ekonomi kerakyatan

Membangun alternatif tata ekonomi dunia baru

Mendesakkan kebijakan pengelolaan sumber-sunber kehidupan rakyat yang adil dan berkelanjutan.

#PulihkanIndonesia #RimbaTerakhir #WALHIXBPN #HutanSumberPangan #BlogCompetitionSeries

W assalamu'alaikum...
Rika Handayani



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makin Sehat dan Bugar NgeGYM Dengan Fasilitas Lengkap di OSBOND GYM

Asiknya Bicara Pengelolaan Keuangan di Webinar Ngopi bareng Bang Amar

Skin Care Alami dari Adorée Paris